Sabtu, 23 Mei 2015

SEBAGAI SEORANG MUSLIMAH

Aku harus membohongi perasaanku sendiri.
Kenapa? Apa itu sakit?
Meski dia yang selalu muncul pada otakku yang hampir pecah karena selalu teringat dirinya tau bahwa kami saling menyukai satu sama lain. Tapi rasanya, bodoh sekali kalau aku sampai bilang, “aku suka sama kamu”. Itu terlihat murahan buatku.
Banyak orang yang menganggap biasa saat seorang wanita mengungkapkan perasaannya pada sang lelaki. Lantas, aku apa? Aku hanya malu pada hijabku, identitasku sebagai muslimah(apalagi di kelas) yang harusnya menjadi contoh untuk yang lain bahwa pacaran dan khalwat itu dilarang! Aku sadar itu, ya Rabb.. hanya saja, mengapa aku tak bisa menahannya untuk tidak berkhalwat dengannya. Meski khalwatku ini hanya sebatas kirim pesan lewat SMS atau BBM. Jujur, aku merasa hina dan malu. Maafkan hamba-Mu, ya Rabbi.
Dulu, saat aku tak mengenal kata suka dan berbagi rasa. Sebelum aku mengenalnya. Aku cukup cuek dengan apa yang aku jalani. Aku tak pernah merasa iri ketika aku harus menonton drama atau film yang isinya tentang kisah cinta para remaja-yang memang kblinger-. Aku masih tetap bertahan dan bertahan. Berharap jodohku nanti bisa seorang yang sholeh. Benar-benar sholeh. Kaya hati. Kaya harta. Kaya keimanan. Kaya ketampanan. Kaya akan cinta dari keluarga-keluarganya. Aku masih ingin mendapatkan jalan ta’aruf untuk pernikahanku nanti. Tapi apa? Sekarang apa yang sedang aku lakukan?! Aku bersyukur dia bisa menyadari bahwa, sejak kedatangan dia di hidupku. Akhlakku sudah tak tahu dimana. Di satu sisi, aku merasa beruntung dan berterima kasih karena telah bertemu, juga kenal jauh tentangnya. Dia begitu baik. Sabar. Wajahnya manis. Walau memang tak jarang menyebalkan. Tapi aku suka. Aku merasa saling melengkapi ketika aku bersamanya. Tak ada yang salah saat aku lihat kenyataan bahwa dia memang benar-benar menjagaku. Dia tak berani untuk memegang tanganku saat kita bertemu. Apa yang salah? Tapi sayang. Garis Allah, juga ketetapannya tetap melarangku.
Aku tak pernah merasa menyedihkan. Pun tak pernah menyesal untuk terlahir sebagai seorang muslimah dan harus hidup sebagai wanita muslimah yang memegang teguh ajaran-Nya. Aku tidak merasa terpukul dengan hadirnya dia dan Dia. Aku sadar, aku belum bisa mencintai-Nya seperti cinta-Nya pada makhluk-Nya. Aku masih TERLALU mengagumi ciptaan-Nya.
Ya Allah.. maafkan aku.
Yakinlah.. bahwa akan ada jalan di setiap perjalanan. Bahwa akan ada pelangi yang membentang saat masa itu telah pergi. Dan bahwa, akan ada penyelesaian dari keadaan yang sedang ku hadapi.
Aku mencintainya. Mungkin akan selamanya tetap begitu. Aku harap, tulisan di kertas itu bukanlah hanya tulisan biasa. Kata-kata di tiap lembaran-lembaran itu bukanlah kata-kata biasa. Karena, mereka semualah yang kini membuatku hidup. Meski ada radar kebimbangan antara gelar “muslimah”ku dan dia. Jangan pernah kecewakan. Kalimatku memang sedikit berlebihan. Tapi aku yakin untuk di dekatkan kembali ketika “satu cara” itu aku lontarkan dan kau mengiyakan, lalu kita jalani. Di persatukan dalam cinta-Nya.

Ya Rabb.. bimbing kami meski semua itu tersisa 5 tahun lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar