Aku harus membohongi perasaanku sendiri.
Kenapa? Apa itu sakit?
Meski dia yang selalu muncul pada otakku yang hampir pecah
karena selalu teringat dirinya tau bahwa kami saling menyukai satu sama lain. Tapi
rasanya, bodoh sekali kalau aku sampai bilang, “aku suka sama kamu”. Itu terlihat
murahan buatku.
Banyak orang yang menganggap biasa saat seorang wanita
mengungkapkan perasaannya pada sang lelaki. Lantas, aku apa? Aku hanya malu
pada hijabku, identitasku sebagai muslimah(apalagi di kelas) yang harusnya
menjadi contoh untuk yang lain bahwa pacaran dan khalwat itu dilarang! Aku sadar
itu, ya Rabb.. hanya saja, mengapa aku tak bisa menahannya untuk tidak
berkhalwat dengannya. Meski khalwatku ini hanya sebatas kirim pesan lewat SMS
atau BBM. Jujur, aku merasa hina dan malu. Maafkan hamba-Mu, ya Rabbi.
Dulu, saat aku tak mengenal kata suka dan berbagi rasa. Sebelum
aku mengenalnya. Aku cukup cuek dengan apa yang aku jalani. Aku tak pernah
merasa iri ketika aku harus menonton drama atau film yang isinya tentang kisah
cinta para remaja-yang memang kblinger-. Aku masih tetap bertahan dan bertahan.
Berharap jodohku nanti bisa seorang yang sholeh. Benar-benar sholeh. Kaya hati.
Kaya harta. Kaya keimanan. Kaya ketampanan. Kaya akan cinta dari
keluarga-keluarganya. Aku masih ingin mendapatkan jalan ta’aruf untuk
pernikahanku nanti. Tapi apa? Sekarang apa yang sedang aku lakukan?! Aku
bersyukur dia bisa menyadari bahwa, sejak kedatangan dia di hidupku. Akhlakku sudah
tak tahu dimana. Di satu sisi, aku merasa beruntung dan berterima kasih karena
telah bertemu, juga kenal jauh tentangnya. Dia begitu baik. Sabar. Wajahnya manis.
Walau memang tak jarang menyebalkan. Tapi aku suka. Aku merasa saling
melengkapi ketika aku bersamanya. Tak ada yang salah saat aku lihat kenyataan
bahwa dia memang benar-benar menjagaku. Dia tak berani untuk memegang tanganku
saat kita bertemu. Apa yang salah? Tapi sayang. Garis Allah, juga ketetapannya
tetap melarangku.
Aku tak pernah merasa menyedihkan. Pun tak pernah menyesal
untuk terlahir sebagai seorang muslimah dan harus hidup sebagai wanita muslimah
yang memegang teguh ajaran-Nya. Aku tidak merasa terpukul dengan hadirnya dia
dan Dia. Aku sadar, aku belum bisa mencintai-Nya seperti cinta-Nya pada
makhluk-Nya. Aku masih TERLALU mengagumi ciptaan-Nya.
Ya Allah.. maafkan aku.
Yakinlah.. bahwa akan ada jalan di setiap perjalanan. Bahwa akan
ada pelangi yang membentang saat masa itu telah pergi. Dan bahwa, akan ada
penyelesaian dari keadaan yang sedang ku hadapi.
Aku mencintainya. Mungkin akan selamanya tetap begitu. Aku harap,
tulisan di kertas itu bukanlah hanya tulisan biasa. Kata-kata di tiap
lembaran-lembaran itu bukanlah kata-kata biasa. Karena, mereka semualah yang
kini membuatku hidup. Meski ada radar kebimbangan antara gelar “muslimah”ku dan
dia. Jangan pernah kecewakan. Kalimatku memang sedikit berlebihan. Tapi aku
yakin untuk di dekatkan kembali ketika “satu cara” itu aku lontarkan dan kau
mengiyakan, lalu kita jalani. Di persatukan dalam cinta-Nya.
Ya Rabb.. bimbing kami meski semua itu tersisa 5 tahun lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar