Jumat, 29 Mei 2015

MINI PROYEK GHIFFA || Teens ChocoCandy

Semula berawal dari kebingungan seorang Ghiffa. Saat malam melanda, di dapatinya dua pilihan yang menurutnya sulit. Janji telah terikat antara dirinya dengan gurunya, iya, wali kelasnya, Bu Eva. Satu hal yang penting, mengapa ia harus pergi ke sekolah adalah, cap tiga jari yang harus ia lakukan untuk SKHU yang hari ini sudah bisa di ambil oleh murid kelas XII SMKN 2 Purwakarta, mungkin lebih tepatnya lagi oleh alumnus terbaru angkatan 2015. Dan satu lagi, hal yang sangat mengganjal di dadanya adalah kerinduannya terhadap seseorang yang mungkin telah merebut hatinya, yang membuat seluruh cowok buruk dan hanya seseorang itulah yang baik dan terbaik.
Pilihan telah Ghiffa tentukan. Setelah lama bercakap lewat pesan singkat, ia temukan jawabannya. Entah ini adalah pilihan yang salah, atau memang yang terbaik meski menurutku ini memang tak baik. Ghiffa memilih pilihan terakhir, yaitu bertemu si dia sang pujaan hati. Karena memang hampir sebulan Ghiffa tidak pergi bersama, atau sekadar bertemu karena sibuknya si dia yang sedang melaksanakan UAS di semester empatnya. Ya. Si dia adalah seorang mahasiswa dari jurusan Bimbingan Konseling di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Seringnya sibuk si dia dengan rapat dan organisasinya, membuat mereka jarang sekali bertemu. Tapi, itu semua tak membuat si dia lupa dengan Ghiffa. Si dia sama sekali tidak mengabaikan dan selalu memberi perhatian kepada Ghiffa, gadisnya.
Di pertemuan itu, memang tak singkat. Harus melalui banyak proses dengan izin main yang berbelit-belit kepada Ibu agar bisa keluar rumah dengan tenang. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa bersalah bahwa Ibu hanya tahu kalau Ghiffa berangkat keluar rumah untuk ke sekolah-seperti pilihan pertama dan kedua di atas-. Ghiffa tidak berani menjelaskan. Sama sekali tidak bisa.
Seharian mereka bersama. Di mulai jam 8:30 a.m mereka berangkat ke Bandung dengan melewati jalur Wanayasa, sampai sore jam 4.25 p.m Ghiffa harus pulang karena kewajibannya untuk menjemput sang adik yang pulang dari sekolahnya dari jam 3.40 p.m.
Di tengah basah kuyupnya mereka karena hujan, tak di sangka bahwa Ghiffa melihat KM kelasnya, Tita, sedang mengendarai motornya pula, tepat di sebelah kiri sepeda motor mereka. Karena takut ketahuan, Ghiffa hanya bisa menunduk seraya mengeluh dengan si dia tentang itu.
Kembali pada cerita awal bahwa kunjungan pertama adalah pom bensin. Yang kedua, mungkin wara-wiri di sekitar kota Bandung. Yang ketiga, mereka berhenti di pom bensin kota Bandung. Dan yang terakhir, yang sudah di rencanakan adalah berhenti di kebun teh sebelum Wanayasa. Oh, iya. Terselipkan diantaranya sebelum ke kebun teh, mereka berhenti di mini market terdekat karena derasnya hujan yang turun secara tiba-tiba.
#Ghiffa’sSide
Aku tak menyangka bahwa jadinya akan begini. Banyak waktu-waktu di perjalanan itu, tanpa di sengaja atau tidak, kau memegang tanganku dengan tangan kau yang dibalut sarung tangan hitam itu. Tang kiriku dan tangan kiri mu. Saat itu, aku rasa jantungku berhenti berdetak. Aku takut. Aku memang sedang mengantuk, tapi seketika itu menghilang. Itu pertama kalinya dalam hidup bahwa tanganku di genggam oleh laki-laki lain selain ayahku sendiri. Sebenarnya, tangan ini hanya untuk suamiku kelak. Tetapi, aku ingin, itu semua hanya kau.
Di perkebunan teh itu. Kita berjalan menyusuri jalan setapak tak berbatu di tengah-tengah banyaknya pohon teh(yaiyalah, namanya juga kebun teh-_-). Banyak hal aneh serta kelucuan yang kau buat membuatku ingin mencubit pipimu yang chubby. Saat kau berdiri dan tiba-tiba duduk, aku mengikutimu. Apa maksudmu dengan kata-kata, “jangan mematahkan semangatku”? Aku tak mengerti. Melihat air wajahmu yang seketika berubah menjadi masam, betapa aku ingin memelukmu dan berkata maaf atas apa yang sudah ku ucapkan. Dan untungnya tak terjadi. Lagi-lagi kau memegang tanganku. Tangan kiriku. Kali ini benar-benar tanpa sarung tangan atau apapun itu. Aku berusaha menyembunyikan merahnya wajahku di balik kaki kirimu dengan posisi berlututnya aku.
“Kamu wanita terindah kedua di hidupku,” terdengar seperti gombalan. Mungkin kalau dalam drama yang kadang ku tonton, itu so sweet. Aku tak menyangka bahwa aku akan merasakannya, dan itu semua denganmu. Aku teringat saat kau ingin melakukan sample untuk pelamaran, seperti dalam drama(lagi-lagi drama). Itu lucu. Ahh~ semuanya terlihat lucu dan mengesankan, serta menggemaskan.
Dengan itu, ayo menggenggam tangan bersama! Tapi jangan pernah meminta lebih sebelum semua halal dan menjadi pahala untukmu dan untukku. Karena aku rasa, itu semua sudah lebih dari cukup.
Inilah mini proyekku, kanjeng raja. Mana mini proyekmu?^^



== Rabu, 27 Mei 2015 = 10:35 p.m ==

Sabtu, 23 Mei 2015

SEBAGAI SEORANG MUSLIMAH

Aku harus membohongi perasaanku sendiri.
Kenapa? Apa itu sakit?
Meski dia yang selalu muncul pada otakku yang hampir pecah karena selalu teringat dirinya tau bahwa kami saling menyukai satu sama lain. Tapi rasanya, bodoh sekali kalau aku sampai bilang, “aku suka sama kamu”. Itu terlihat murahan buatku.
Banyak orang yang menganggap biasa saat seorang wanita mengungkapkan perasaannya pada sang lelaki. Lantas, aku apa? Aku hanya malu pada hijabku, identitasku sebagai muslimah(apalagi di kelas) yang harusnya menjadi contoh untuk yang lain bahwa pacaran dan khalwat itu dilarang! Aku sadar itu, ya Rabb.. hanya saja, mengapa aku tak bisa menahannya untuk tidak berkhalwat dengannya. Meski khalwatku ini hanya sebatas kirim pesan lewat SMS atau BBM. Jujur, aku merasa hina dan malu. Maafkan hamba-Mu, ya Rabbi.
Dulu, saat aku tak mengenal kata suka dan berbagi rasa. Sebelum aku mengenalnya. Aku cukup cuek dengan apa yang aku jalani. Aku tak pernah merasa iri ketika aku harus menonton drama atau film yang isinya tentang kisah cinta para remaja-yang memang kblinger-. Aku masih tetap bertahan dan bertahan. Berharap jodohku nanti bisa seorang yang sholeh. Benar-benar sholeh. Kaya hati. Kaya harta. Kaya keimanan. Kaya ketampanan. Kaya akan cinta dari keluarga-keluarganya. Aku masih ingin mendapatkan jalan ta’aruf untuk pernikahanku nanti. Tapi apa? Sekarang apa yang sedang aku lakukan?! Aku bersyukur dia bisa menyadari bahwa, sejak kedatangan dia di hidupku. Akhlakku sudah tak tahu dimana. Di satu sisi, aku merasa beruntung dan berterima kasih karena telah bertemu, juga kenal jauh tentangnya. Dia begitu baik. Sabar. Wajahnya manis. Walau memang tak jarang menyebalkan. Tapi aku suka. Aku merasa saling melengkapi ketika aku bersamanya. Tak ada yang salah saat aku lihat kenyataan bahwa dia memang benar-benar menjagaku. Dia tak berani untuk memegang tanganku saat kita bertemu. Apa yang salah? Tapi sayang. Garis Allah, juga ketetapannya tetap melarangku.
Aku tak pernah merasa menyedihkan. Pun tak pernah menyesal untuk terlahir sebagai seorang muslimah dan harus hidup sebagai wanita muslimah yang memegang teguh ajaran-Nya. Aku tidak merasa terpukul dengan hadirnya dia dan Dia. Aku sadar, aku belum bisa mencintai-Nya seperti cinta-Nya pada makhluk-Nya. Aku masih TERLALU mengagumi ciptaan-Nya.
Ya Allah.. maafkan aku.
Yakinlah.. bahwa akan ada jalan di setiap perjalanan. Bahwa akan ada pelangi yang membentang saat masa itu telah pergi. Dan bahwa, akan ada penyelesaian dari keadaan yang sedang ku hadapi.
Aku mencintainya. Mungkin akan selamanya tetap begitu. Aku harap, tulisan di kertas itu bukanlah hanya tulisan biasa. Kata-kata di tiap lembaran-lembaran itu bukanlah kata-kata biasa. Karena, mereka semualah yang kini membuatku hidup. Meski ada radar kebimbangan antara gelar “muslimah”ku dan dia. Jangan pernah kecewakan. Kalimatku memang sedikit berlebihan. Tapi aku yakin untuk di dekatkan kembali ketika “satu cara” itu aku lontarkan dan kau mengiyakan, lalu kita jalani. Di persatukan dalam cinta-Nya.

Ya Rabb.. bimbing kami meski semua itu tersisa 5 tahun lagi

ini foto kita, kawan^^