Kamis, 22 November 2012

Cerpen-Bintang, sentuh aku!


Hei, para pembaca Teens Chococandy!! Apa kabar?! Kali ini ghiffa posting cerpen ghiffa sendiri J kata temen2 sekelas ghiffa sih, ini cerpen yang paling bagus. Tapi insyaAllah nanti ghiffa buat cerpen yang lebih bagus lagi dari ini. Aamiin..
Segera aja deh, baca?! Temen ghiffa ada yang lebay sampe nangis :o padahal menurut ghiffa, biasa aja tuhh ^_^



Pagi yang cerah, mengantarkanku pada dunia yang baru. Dunia yang indah, seindah pelangi yang ku genggam erat penuh warna dan tawa. Sendayu perahu membawaku tuk pergi ke suatu tempat, yang cantik, menggoda, juga membuat hati ini selalu bahagia. Cinta.
Semua makhluk pasti pernah rasakan cinta. Saat seorang anak manusia terlahir, ia langsung dibubuhi cinta dan kasih sayang yang agung dari kedua ibu bapaknya. Seiring dengan berjalannya waktu, cinta orang tua takkan mampu sirna meski  telah jauh di alam baka. Tapi aku, tak terbelai dengan lembutnya tangan sang bunda, cerianya tawa sang ayah. Aku tak rasakan itu.
Sejak bayi, aku sudah tinggal di suatu tempat. Dimana banyak anak-anak yang dibuang dengan orang tuanya. Tak di anggap. Ya, panti asuhan. Kasih sayang dari ibu pengasuh, tak sama hal nya dengan bunda. Aku tak tahu, bagaimana wajah kedua orang tuaku, watak dari keduanya. Mereka pergi tak meninggalkan jejak. Foto pun tidak. Aku bagai sebatang kara. Walaupun disini aku banyak kawan, ada ibu pengasuh, bapak kepala dan penjaga panti. Ya, keadaan memang seperti ini.
***
Di umurku yang sudah menginjak 16 tahun, dan aku sedang duduk di kelas 2 SMA, aku baru rasakan cinta. Bukan cinta pada ibu pengasuh, atau teman-teman pantiku. Tapi pada seorang lelaki, yang kini mengisi hati yang tak terkendali.
Dia tinggal di kompleks perumahan, beda 1 blok dengan panti asuhan yang aku tempati. Pertama kali aku melihatnya, aku tak menyadari, ada pukulan yang bertalu-talu pada hati ini. Aku tak mengenal kata cinta. Aku tak menyadari kalau ini adalah sebuah cinta yang tumbuh dengan waktu yang sangat singkat. Membaca kata cinta, setelah 3 hari dari pertemuan pertama itu, aku baru mengatakan YA atas perasaanku padanya. Dan hari ini, aku belum bertemu, melihatnya dari kejauhan.
***
Weekend kali ini sungguh menyenangkan. Aku bisa bermain-main di taman panti bersama Anty yang masih berusia 5th, dia sudah ku anggap adikku sendiri. Banyak yang bilang kalau aku ini mirip dengannya. Dari hidung, bibir, senyum. Anty memang sangat lucu.
Mata aku tak lepas darinya. Dia datang bersama beberapa teman laki-lakinya. Kata ibu pengasuh, dia memang anak yang paling dermawan dibanding anak-anak komplek lainnya yang begitu sombong ketika melihat kami. Mungkin karena kami seperti anak terlantar. Entahlah..
Dia balik menatapku. Tapi tatapan itu, seperti tatapan elang. Matanya tajam. Dia seperti aneh karena aku melihatinya sedari tadi.
“Angel.. sini nak, sayang!”
‘Hah? Siapa itu?!’ aku terbangun dari lamunan setelah menatapnya.
“Iya buu..sebentar”
Segera aku berlari dari taman menuju beranda panti.
“Tolong bawakan kerdus-kerdus berisi pakaian ini ke dalam ya?” perintah Bu Rasty
“Baik, bu.”
“Iya. Makasih, sayang.” Segera ku angakat dua kerdus itu.
“Berat sekali! Padahal Cuma pakaian.” gerutuku dalam hati.
Selesai ku bawakan kardus-kardus itu, dengan bantuan kawan-kawan lainnya, selesai juga. Dengan cepat, berlari kecil, aku kembali ke ruang tamu, berharap aku bisa ketahui namanya.
“Gimana, nak? Sudah selesai?” tanya bu Rasty yang masih duduk menemani dia dan teman-temannya.
“Sudah, bu.”
“Oh, iya. Nak Dian, kenalkan, ini Angel, anak paling berprestasi di panti ini.” Bu Rasty mengajakku untuk duduk dan bersalaman dengan dia. Ini yang ku mahu.
“Hai! Aku Dian.” Suaranya indah.
“Hai juga! Aku angel. Salam kenal.” Jawabku seraya membalas senyumannya.
Setelah itu, aku pun berkenalan dengan teman-temannya. Entah kenapa, Bu Rasty mengenalkan aku dengan lelaki itu. Takdir yang baik. Hehe
Hanya 15 menit aku duduk berhadapan dengan dia. Sesudah itu, dia pamit pulang. Aku berharap bisa bertemu kembali dengannya di suatu hari nanti.
***
Sudah 3 hari, aku tak melihatnya datang ke panti. Kemana dia?
Aku mendengar berita dari Hesti, dia bilang bahwa Dian kuliah di suatu universitas. Entah luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri, aku tak tahu pasti.

Semua ini bukan takdirku tuk mengenalmu
Memanjat setiap pohon rasa dihatimu
Aku tak tahu
Bila ada sebongkah cinta untukku
Mengapa kau hanya diam membisu?
Aku bagai batu karang terhempas laut ombak
Kemarilah
Aku ingin bersamamu
Menikmati masa yang datang dalam genggaman dunia
***

Siang ini, masih seperti biasa. Setelah pulang sekolah, aku belajar. Berisik sekali di panti ini. Ingin rasaku untuk bersembunyi. Namun apalah daya? Aku hanya salah seorang penghuni panti asuhan. Bayang-bayangnya masih terlihat jelas dihadapanku tentang Dian. Aku ingin ke rumahnya, bertanya pada kedua orang tuanya, dimana dia sekarang?
Matahari telah sirna dimakan waktu. Terbenam dan membuat suasana bumi mulai gelap. Bu Rasty menyuruhku untuk menghampirinya di taman belakang, hanya seorang diri.
“Angel..” Bu Rasty memulai pembicaraan
“Iya, bu?”
“Maaf ya, nak, ibu baru bisa sampaikan ini kepadamu sekarang.” Ujar bu Rasty seraya menyodorkan sebuah surat dengan amplop merah kepadaku.
“Apa ini, bu?” tanyaku dengan heran
“Baca ya!” Perintah bu Rasty, dan segera meninggalkanku sendiri. Ada apa ya?
Dengan penuh rasa penasaran, kubuka dengan lembut apa yang ada didalamnya.
 “Hah, kalung?!” Aku terkejut “Ada suratnya!”

                                                                                                                       Yogyakarta, 30 Juli 2009

Untuk:
Angel Permana Laraswati

   Hai, Angel!
Maaf, aku hanya ingin menyapamu lewat surat. Aku sungguh lantang. Tapi aku malu kalau harus berbicara langsung kepadamu.
   Angel, aku ingin selalu bertemu denganmu, melihatmu. Kamu itu cinta pertama aku. Sudah beberapa kali aku bertemu denganmu. Banyak aku bertanya tentangmu pada bu Rasty. Beliau menceritakannya dengan menyeluruh. Aku tahu sifatmu, Angel. Asal-usulmu pun aku tahu. Tapi tenang saja, aku tidak ingin mengejek, atau sekadar menertawaimu seperti anak-anak kompleks lainnya.
  Oh, ya. Ada kalung putih. Sengaja ku pesan dan bertuliskan namamu. Aku ingin berikan itu sebagai kenang-kenangan khusus dariku. Kamu tahu aku kemana? Tanggal 2 Agustus nanti, aku akan melaksanakan ospek di Universitas Kanada. Sebenarnya aku tak ingin kuliah diluar negeri, toh di dalam kota sendiri pun banyak universitas terkenal yang aku sendiri berminat memasukinya. Tapi kedua orangtuaku lebih condong menjaga gengsi. Entahlah..
  Angel, aku mohon jangan kau marah padaku karena pemberian kalung ini. Aku mohon sekali untuk kau pakai kalung ini setiap harinya, dan jangan kau lepas sebelum aku kembali, dan berada dihadapanmu. Aku tahu kau juga cinta padaku. Bila kau rindu padaku, tunggulah malam hari, dan tataplah bintang dilangit. Tersenyumlah saat matamu menemukan bintang yang paling terang. Karena itu aku, Dian Bintang Putra..
                                                                                                                 Love
                                                                                                                Dian                                  

Tak ku sangka, cintaku berbalas menjadi sebuah kebahagiaan. Sebuah cerita yang selamanya akan ku kenang selalu. Tapi, cinta pertama tak dapat memiliki. Ya, itu kata orang banyak!
Segera ku pakai kalung emas putih ini. Dengan gantungan bernama ANGEL berhias permata putih, lucu. Ini kali pertamaku memakai emas. Dan lebih spesialnya lagi, ini adalah pemberian orang yang ku cinta^^
***

Malam ini, aku sedang merinduinya. Aku berjalan menuju taman belakang, duduk, aku ingin menatap bintang.
“Bintang, sedang apa dia disana? Apa dia ingat aku?” tanyaku pada bintang yang paling terang menyinari hatiku yang penuh dengan kerinduan.
Terpejam

Terpejam

Aku sedang merasakannya

Terpejam

Dan mulai terlelap

Seraya berkata

“Bintang, sentuh aku!”
***

Created By:
Ghiffary Amanda Sastre
Sabtu, 15 September 2012
Pukul 13:07


Terinspirasi saat aku melihat bintang dilangit. Dan saat itu pula aku teringat dia yang kini aku tak tahu, dimana dia sekarang..

Please to coment my short story!^^
Thank’s                                                                                                            


Puisi-Cahaya


Keasyikan diri menanti cinta
Saat semua terdiam dan tak mengerti
Apa yang aku cari
Apa yang aku tunggu
Apa yang hilang dari diri ini

Aku terpaku
Menoleh kesamping dan tersenyum
Walau dunia tenggelam
Aku tetap disini
Pada titik ini aku berdiri
Menanti cahaya yang dating untukku

Mentari silaukan mata saat pagi dan siang menyapa
Dialah semangatku
Sebagai ganti, mentari yang lalu telah habis tenggelam di laut merah
Tak ada kata saat mentari beranjak tinggalkan bumi
Dan kecewakan rimbunan pohon yang terang

Namun maaf,
Kini siang telah berganti malam
Tak lagi mentari mengarus
Yang ada hanya bulan
Bintang pun tak setia menemaninya

Lampu itu bercahaya
Di jembatan ini aku berdiri
Dan tersadar kala kulihat bintang rembulan putih
Bahwa mereka, cahaya pun aku

Bukan hanya dia
Tapi biar aku membuka tabir dalam untuk cinta,
Cahaya yang ada tanpa mentari

Puisi-Bintang


Aku terus menatap sang awan yang begitu kelam
Ku rasakan dingin buat tubuhku beku seperti es
Biarlah,
Tak ada yang dapat menghalangiku untuk terus menatap langit

Bagai punuk merindukan bulan
Jauh sekali, aku tak sampai
Apa pun yang ku bawa tetap saja tak cukupi
Harganya pun sungguh mahal
Aku inginkan bintang
Bintang yang selalu setia menemaniku
Menunggu hingga fajar menjelang
Bukan bintang yang tak kasat mata tertutup kabut gelap

Bintang… peluk aku


Selasa, 13 November 2012

Cerpen-Ku Coba Bertahan


Ku coba bertahan
Untuk tidak memulai kirim pesan kepadanya
Walau hanya sekata-dua kata
Walau hanya sekadar tanyakan kabar
Karena bila itu tetap ku lakukan, bukanlah kegembiraan yang akan aku rasakan
Tapi pedih menyayat hati telah aku terima dengan dada yang sempit
Karena aku, tak bisa lagi lapangkannya
Terlalu renta diri ini tuk bertatap, melawan mega arus yang terus berlalu
Kini aku hanya diam, dan tak mengerti bahwa waktu akan tetap berjalan saat aku menangis           sekalipun
Terbuka luas hati ini menerimanya hingga kapanpun
Namun, entah...
Tiada yang mengerti, apa yang sedang kuinginkan, aku usahakan, dan aku pikirkan bila dia mulai jelajahi isi kepalaku
Ya, ku ucapkan..selamat tinggal
Kini aku tak bisa lagi habiskan waktu menatapnya meski dengan jarak 50 meter dari arah mata dan kakiku berpijak
Berlarilah! Kejar impianmu hingga kau dapatkan apa yang kau inginkan!
Maka aku akan tenang..
Semoga sukses^^
***

 Siang yang terik telah membakar kulit putih Arina yang sedang menunggu taksi, karena jam pelajaran telah usai. Saat ini, Arina sakit hati dengan sifat dia yang jutek.
 Arif Devandria Santoso. Anak kelas 2 SMA IT Depok itu telah buat Arina menyesal!
 Sudah dua tahun belakang. Namun tetap berlaku bagi Arina tuk mengenangnya. Dimana masa itu telah sirna terhapus angin waktu. Yang telah membuatnya sering menangis akhir-akhir ini. Arina merasa kehilangan. Ya, tapi dia sungguh sadar bahwa perbuatannya tak lagi manusiawi.
***

 Dahulu, saat Arina duduk dibangku kelas 1 SMP, dan Arif dikelas 3 SMP, Arif sangat mengagumi Arina. Dengan kata lain, mencintai Arina. Setiap hari, Arif selalu kirim pesan singkat yang berisi kata-kata. Dan suatu hari, Arif telah mempersiapkan seluruhnya untuk mengungkapkan isi hati. Berharap Arina akan menerimanya dengan sepenuh hati. Namun pupus sudah apa yang ia nantikan. Arina sama sekali tak mengambil respon dari semua. Arina mengabaikannya. Hingga suatu hari, pada saat Arina mengikuti PerSaMi dari sekolahnya tersebut, ia menyadari bahwa ada yang aneh dalam dirinya ketika Arif menelponya, mengkhawatirkannya. Ya, akhirnya mereka pacaran. Namun semua itu tak lama berjalan. Arina merasa tidak enak dengan apa yang di jalankannya sekarang. Pacaran. Ia ingin menjauhi perbuatan itu. Dengan hati yang biasa-biasa saja, Arina memutuskannya. Sedih sekali, dan hancur perasaan Arif saat itu. Baru saja ia rasakan bahagia pada wanita yang ia cintai pertama kalinya. Ya, Arina adalah cinta pertamanya, yang baru saja ia genggam, namun harus dilepaskan tapi bukan keinginannya.
2 minggu berlalu. Arif tau, bahwa Arina bukanlah wanita sembarang. Banyak lelaki yang memintanya tuk masuk ke kehidupan mereka. Maka saat itu, guncanglah hati Arif saat mengetahui Arina telah tgyrmenjadi kekasih orang lain. Arif merasa di kecewakan. Sedih sudah pasti. Tak di sangka, janji Arina telah hilang begitu saja. Lidah memang tak bertulang. Saat memutuskan benang merah itu, Arina berucap pada Arif “aku gak akan pacaran sama siapapun kecuali sama kamu,”.
 Dan, dengan beredarnya berita itu, Arif memutuskan untuk tidak lagi mencintai Arina. Ia berpikir sejenak, Itu hanya buang-buang waktu. Toh, Arina gak pernah hargain apa yang aku kasih ke dia. Ya, jalan satu-satunya, aku jangan lagi kirim pesan atau apapun ke dia. Karena dia gak akan pernah cinta sama aku.
 Mulai saat itu, Arina merasa kehilangan dengan kepergian Arif dari hidupnya. Setelah ia putus beberapa bulan dengan pacarnya. Betapa bodohnya aku! Telah kecewakan seseorang yang sayang sama ku. Aku bingung. Dari awal dia nyatain perasaannya ke aku, aku udah sayang. Tapi kenapa? Hati ini gak pernah bisa mau nerima. Dari alam bawah sadar, udah ku akui kalau aku cinta. Penyesalannya dalam hati.
 ***

 Malam telah selimuti bumi. Bintang bertaburan indah, membuat seluruh manusia yang menatapnya terbelalak kagum dan tak ingin berkedip. Bagai punuk merindukan bulan. Arina menyesali perbuatannya dulu. Hanya tinggal air mata yang tersisa dari semua yang ada.
“Aku gak tau harus gimana lagi? Aku sekarang cinta banget sama dia. Dia..gak ada yang bisa gantiin posisi dia dihati aku. Laki-laki manapun kalah!” ucapnya seraya menangis terisak
 Hingga kini, tak ada lagi kata cinta, kata sayang, dan semangat dari Arif. Yang saat ini sangat dibutuhkan Arina. Karena, tak mungkin Arif kembali membawa segenggam cinta, yang akan terikat erat untuk Arina.
***

“Arina, udahlah kamu lupain Arif. Dia udah ga sayang lagi sama kamu,” usul Riza, teman baik Arina
“Aku gak bisa, Riz” respon Arina
“Kamu gak perlu nangis kayak gini. Aku gak tega sama kamu,”
Arina menangis dan memeluk Riza. Mencoba kuatkan hati. Riza mengelus kepala Arina yang berlapis jilbab.
“Aku tau. Dalam Islam gak ada itu yang namanya pacaran. Aku harap Allah mau memaafkan aku yang udah melanggar peraturan-Nya,” ujar Arina yang masih belum bisa hentikan air matanya “Gak ada apapun yang aku inginin, Riz, dari dia. Aku Cuma mau hati dia buat aku seorang,”
“Iya. Iya. Sabar ya, sayang” ucap Riza. Mencoba tenangkan hati sahabatnya.
“Aku udah pernah coba hilangin rasa ini. Semuanya! Tapi nihil. Kalau aku mau lupain seseorang, aku harus punya penggantinya. Dan aku juga udah pernah alihin rasa suka aku untuk orang lain. Tapi tetep aja hati aku buat dia. Kamu tau kan, Riz? Rasa ini udah setahun aku pegang. Dia gak pernah lagi hargain apa yang ada” keluh Arina
“Aku ikut rasain” Riza ikut menangis
“Riza,” panggil Arina seraya melepas pelukannya
“Iya, rin?”
“Makasih udah dengerin keluh kesah aku,”
“Aku gak akan biarin sahabat aku menangis sendirian” Riza dan Arina tersenyum dan menghapus air mata
“Gak ada gunanya kamu nangis. Sekarang kita harus bahagia! Kita raih cita-cita tanpa harus melihat masa lampau,”
***

Kesetiaanku bagaikan batu karang
Yang tak pernah habis terkikis oleh ombak
Bukalah matamu
Sambut aku yang telah lama menanti datangnya hatimu lagi
Wahai bintang! Terangi mimpinya
Saat ia merasa gelap, berikan setitik cahaya darimu untuknya
Wahai  bulan! Temani dia
Tiupkan angin kesegaran kepadanya
Hingga pagi yang cerah telah bersinar menerawang mega yang luas
Dan berikan ia kesempuraan perasaan
Untuknya...
Dirinya ku sayang




Created by:
Ghiffary Amanda Sastre
Ahad, 17 Juni 2012
Pukul 00:51
Untuk seseorang yang sering ku sebut dirinya RIMA. Aku akan tetap bertahan untukmu. Walau semua akan menyakitkan. Tapi rasa ini tak pernah pudar. Percayalah.. kali ini aku takkan bohong padamu..