Aku seperti terambang dalam kekosongan. Mengalir dan tak
tahu akan bermuara kemana. Aku rasa ini sudah terlalu lama. Iya, aku
menunggumu. Tapi kata-katamu memang tak pantas kau ucapkan disini karena kau
tak pernah tau arti dari kalimat yang ku lontarkan padamu.
Ya. Aku seperti cangkang kacang yang terinjak. Hanya
kepingannya yang tersisa. Untuk bagian lain, semua sudah berubah menjadi bubuk
dan akan segera menyatu pada debu.
Saat aku tersadar, apa kurangnya? Ketika sebagian mereka tak
punya ayah, ibu, bahkan keduanya hingga sanak saudaranya. Apa aku harus lari
padamu yang jika ku tanya, kapan kau akan datang ke rumah dan menghadap kedua
orang tuaku? Jawabanmu selalu nanti.
Ya. Aku lelah mendengarmu. Mendengar celotehmu yang tak ada
habisnya dan sepertinya semua perkataanmu benar. Aku yang bodoh bisa apa?
Saat kau gambarkan ini itu tentang masa depan kita. Ya. Masa
depan kita. Semua terlihat indah dan menyenangkan. Kau tak pernah katakan bahwa
hidup ini pun ada sulitnya, maka “apa aku bersedia untuk berada dalam keadaan
yang sulit denganmu?”
Aku mencoba untuk lebih realistis lagi dalam hari-hari
bersamamu. Kau tak pernah tau, susahnya aku dalam memupuk kedewasaan itu
seorang diri! Kau hanya tau aku yang seperti anak kecil tak tahu malu.
Aku kehilanganmu tetapi aku tak merasa kehilanganmu. Dan
sudah ku katakana padamu bahwa, if you
could read my mind, you’ll be in tears.
Rabu, 20 Juli 2016
-in your mood
-in your heart
situation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar