Hei, para pembaca
Teens Chococandy!! Apa kabar?! Kali ini ghiffa posting cerpen ghiffa sendiri J kata temen2 sekelas ghiffa sih, ini cerpen
yang paling bagus. Tapi insyaAllah nanti ghiffa buat cerpen yang lebih bagus
lagi dari ini. Aamiin..
Segera aja deh, baca?!
Temen ghiffa ada yang lebay sampe nangis :o padahal menurut ghiffa, biasa aja
tuhh ^_^
Pagi yang cerah, mengantarkanku pada dunia
yang baru. Dunia yang indah, seindah pelangi yang ku genggam erat penuh warna
dan tawa. Sendayu perahu membawaku tuk pergi ke suatu tempat, yang cantik,
menggoda, juga membuat hati ini selalu bahagia. Cinta.
Semua makhluk pasti pernah rasakan cinta. Saat
seorang anak manusia terlahir, ia langsung dibubuhi cinta dan kasih sayang yang
agung dari kedua ibu bapaknya. Seiring dengan berjalannya waktu, cinta orang
tua takkan mampu sirna meski telah jauh
di alam baka. Tapi aku, tak terbelai dengan lembutnya tangan sang bunda,
cerianya tawa sang ayah. Aku tak rasakan itu.
Sejak bayi, aku sudah tinggal di suatu tempat.
Dimana banyak anak-anak yang dibuang dengan orang tuanya. Tak di anggap. Ya,
panti asuhan. Kasih sayang dari ibu pengasuh, tak sama hal nya dengan bunda.
Aku tak tahu, bagaimana wajah kedua orang tuaku, watak dari keduanya. Mereka
pergi tak meninggalkan jejak. Foto pun tidak. Aku bagai sebatang kara. Walaupun
disini aku banyak kawan, ada ibu pengasuh, bapak kepala dan penjaga panti. Ya,
keadaan memang seperti ini.
***
Di umurku yang sudah menginjak 16 tahun, dan
aku sedang duduk di kelas 2 SMA, aku baru rasakan cinta. Bukan cinta pada ibu
pengasuh, atau teman-teman pantiku. Tapi pada seorang lelaki, yang kini mengisi
hati yang tak terkendali.
Dia tinggal di kompleks perumahan, beda 1 blok
dengan panti asuhan yang aku tempati. Pertama kali aku melihatnya, aku tak menyadari,
ada pukulan yang bertalu-talu pada hati ini. Aku tak mengenal kata cinta. Aku
tak menyadari kalau ini adalah sebuah cinta yang tumbuh dengan waktu yang
sangat singkat. Membaca kata cinta, setelah 3 hari dari pertemuan pertama itu,
aku baru mengatakan YA atas perasaanku padanya. Dan hari ini, aku belum
bertemu, melihatnya dari kejauhan.
***
Weekend kali ini sungguh menyenangkan. Aku
bisa bermain-main di taman panti bersama Anty yang masih berusia 5th, dia sudah
ku anggap adikku sendiri. Banyak yang bilang kalau aku ini mirip dengannya.
Dari hidung, bibir, senyum. Anty memang sangat lucu.
Mata aku tak lepas darinya. Dia datang bersama
beberapa teman laki-lakinya. Kata ibu pengasuh, dia memang anak yang paling
dermawan dibanding anak-anak komplek lainnya yang begitu sombong ketika melihat
kami. Mungkin karena kami seperti anak terlantar. Entahlah..
Dia balik menatapku. Tapi tatapan itu, seperti
tatapan elang. Matanya tajam. Dia seperti aneh karena aku melihatinya sedari
tadi.
“Angel.. sini nak, sayang!”
‘Hah? Siapa itu?!’ aku terbangun dari lamunan
setelah menatapnya.
“Iya buu..sebentar”
Segera aku berlari dari taman menuju beranda
panti.
“Tolong bawakan kerdus-kerdus berisi pakaian
ini ke dalam ya?” perintah Bu Rasty
“Baik, bu.”
“Iya. Makasih, sayang.” Segera ku angakat dua
kerdus itu.
“Berat sekali! Padahal Cuma pakaian.” gerutuku
dalam hati.
Selesai ku bawakan kardus-kardus itu, dengan
bantuan kawan-kawan lainnya, selesai juga. Dengan cepat, berlari kecil, aku
kembali ke ruang tamu, berharap aku bisa ketahui namanya.
“Gimana, nak? Sudah selesai?” tanya bu Rasty
yang masih duduk menemani dia dan teman-temannya.
“Sudah, bu.”
“Oh, iya. Nak Dian, kenalkan, ini Angel, anak
paling berprestasi di panti ini.” Bu Rasty mengajakku untuk duduk dan
bersalaman dengan dia. Ini yang ku mahu.
“Hai! Aku Dian.” Suaranya indah.
“Hai juga! Aku angel. Salam kenal.” Jawabku
seraya membalas senyumannya.
Setelah itu, aku pun berkenalan dengan
teman-temannya. Entah kenapa, Bu Rasty mengenalkan aku dengan lelaki itu.
Takdir yang baik. Hehe
Hanya 15 menit aku duduk berhadapan dengan
dia. Sesudah itu, dia pamit pulang. Aku berharap bisa bertemu kembali dengannya
di suatu hari nanti.
***
Sudah 3 hari, aku tak melihatnya datang ke
panti. Kemana dia?
Aku mendengar berita dari Hesti, dia bilang
bahwa Dian kuliah di suatu universitas. Entah luar kota, luar pulau, bahkan
luar negeri, aku tak tahu pasti.
Semua ini bukan takdirku tuk mengenalmu
Memanjat setiap pohon rasa dihatimu
Aku tak tahu
Bila ada sebongkah cinta untukku
Mengapa kau hanya diam membisu?
Aku bagai batu karang terhempas laut ombak
Kemarilah
Aku ingin bersamamu
Menikmati masa yang datang dalam genggaman
dunia
***
Siang ini, masih seperti biasa. Setelah pulang
sekolah, aku belajar. Berisik sekali di panti ini. Ingin rasaku untuk
bersembunyi. Namun apalah daya? Aku hanya salah seorang penghuni panti asuhan.
Bayang-bayangnya masih terlihat jelas dihadapanku tentang Dian. Aku ingin ke
rumahnya, bertanya pada kedua orang tuanya, dimana dia sekarang?
Matahari telah sirna dimakan waktu. Terbenam
dan membuat suasana bumi mulai gelap. Bu Rasty menyuruhku untuk menghampirinya
di taman belakang, hanya seorang diri.
“Angel..” Bu Rasty memulai pembicaraan
“Iya, bu?”
“Maaf ya, nak, ibu baru bisa sampaikan ini
kepadamu sekarang.” Ujar bu Rasty seraya menyodorkan sebuah surat dengan amplop
merah kepadaku.
“Apa ini, bu?” tanyaku dengan heran
“Baca ya!” Perintah bu Rasty, dan segera
meninggalkanku sendiri. Ada apa ya?
Dengan penuh rasa penasaran, kubuka dengan
lembut apa yang ada didalamnya.
“Hah,
kalung?!” Aku terkejut “Ada suratnya!”
Yogyakarta, 30 Juli 2009
Untuk:
Angel Permana Laraswati
Hai,
Angel!
Maaf, aku hanya ingin menyapamu lewat surat.
Aku sungguh lantang. Tapi aku malu kalau harus berbicara langsung kepadamu.
Angel,
aku ingin selalu bertemu denganmu, melihatmu. Kamu itu cinta pertama aku. Sudah
beberapa kali aku bertemu denganmu. Banyak aku bertanya tentangmu pada bu
Rasty. Beliau menceritakannya dengan menyeluruh. Aku tahu sifatmu, Angel.
Asal-usulmu pun aku tahu. Tapi tenang saja, aku tidak ingin mengejek, atau
sekadar menertawaimu seperti anak-anak kompleks lainnya.
Oh, ya.
Ada kalung putih. Sengaja ku pesan dan bertuliskan namamu. Aku ingin berikan
itu sebagai kenang-kenangan khusus dariku. Kamu tahu aku kemana? Tanggal 2
Agustus nanti, aku akan melaksanakan ospek di Universitas Kanada. Sebenarnya
aku tak ingin kuliah diluar negeri, toh di dalam kota sendiri pun banyak
universitas terkenal yang aku sendiri berminat memasukinya. Tapi kedua
orangtuaku lebih condong menjaga gengsi. Entahlah..
Angel,
aku mohon jangan kau marah padaku karena pemberian kalung ini. Aku mohon sekali
untuk kau pakai kalung ini setiap harinya, dan jangan kau lepas sebelum aku
kembali, dan berada dihadapanmu. Aku tahu kau juga cinta padaku. Bila kau rindu
padaku, tunggulah malam hari, dan tataplah bintang dilangit. Tersenyumlah saat
matamu menemukan bintang yang paling terang. Karena itu aku, Dian Bintang Putra..
Love
Dian
Tak
ku sangka, cintaku berbalas menjadi sebuah kebahagiaan. Sebuah cerita yang
selamanya akan ku kenang selalu. Tapi, cinta pertama tak dapat memiliki. Ya,
itu kata orang banyak!
Segera
ku pakai kalung emas putih ini. Dengan gantungan bernama ANGEL berhias permata
putih, lucu. Ini kali pertamaku memakai emas. Dan lebih spesialnya lagi, ini
adalah pemberian orang yang ku cinta^^
***
Malam
ini, aku sedang merinduinya. Aku berjalan menuju taman belakang, duduk, aku
ingin menatap bintang.
“Bintang,
sedang apa dia disana? Apa dia ingat aku?” tanyaku pada bintang yang paling
terang menyinari hatiku yang penuh dengan kerinduan.
Terpejam
Terpejam
Aku
sedang merasakannya
Terpejam
Dan
mulai terlelap
Seraya
berkata
“Bintang,
sentuh aku!”
***
Created
By:
Ghiffary
Amanda Sastre
Sabtu,
15 September 2012
Pukul
13:07
Terinspirasi
saat aku melihat bintang dilangit. Dan saat itu pula aku teringat dia yang kini
aku tak tahu, dimana dia sekarang..
Please
to coment my short story!^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar